Senin, 27 Februari 2012


 ONTOLOGI PENDIDIKAN

A.   PENGERTIAN ONTOLOGI
Kata ontologi berasal dari perkataan Yunani, yaitu : Ontos : being, dan Logos
Logic Jadi ontology adalah the theory of being qua being ( teori tentang keberadaan sebagai keberadaan ). Atau bisa juga ilmu tentang yang ada.
Secara istilah ontologi adalah ilmu yang membahas tentang hakikat yang ada yang merupakan realiti baik berbentuk jasmani atau kongkrit maupun rohani atau abstrak.
Istilah ontologi pertama kali diperkenalkan oleh rudolf Goclenius pada tahun 1936 M, untuk menamai hakekak yang ada bersifat metafisis. Dalam perkembangannya Christian Wolf (1679-1754) membagi metafisika menjadi dua, yaitu metafisika umum dan khusus.
Metafisika umum adalah istilah lain dari ontologi. Dengan demikian, metafiska atau otologi adalah cabang filsafat yang membahas tentang prinsip yang paling dasar atau paling dalam dari segala sesuatu yang ada. Sedangkan metafisika khusus masih terbagi menjadi Kosmologi, Psikologi dan Teologi.
Didalam pemahaman Ontologi terdapat beberapa pandangan-pandangan pokok pemikiran, diantaranya :
1.    Monoisme, : Paham ini menganggap bahwa hakikat yang berasal dari kenyataan adalah satu saja, tidak mungkin dua. Haruslah satu hakikat saja sebagai sumber yang asal, baik berupa materi maupun rohani. Paham ini terbagi menjadi dua aliran :
a. Materialisme, Aliran ini menganggap bahwa sumber yang asal itu adalah materi, bukan rohani. Aliran ini sering disebut naturalisme. Menurutnya bahwa zat mati merupakan kenyataan dan satu-satunya fakta yang hanyalah materi, sedangkan jiwa atau ruh tidaklah merupakan suatu kenyataan yang berdiri sendiri

b. Idealisme, Sebagai lawan dari materialisme yang dinamakan spriritualismee. Dealisme berasal dari kata ”Ideal” yaitu suatu yang hadir dalam jiwa. Aliran ini beranggapan bahwa hakikat kenyataan yang beraneka ragam itu semua berasal dari ruh (sukma) atu sejenis denganntya, yaitu sesuatu yang tidak terbentuk dan menempati ruag. Materi atau zat ini hanyalah suatu jenis dari penjelamaan ruhani

2.    Dualisme, Aliran ini berpendapat bahwa benda terdiri dari dua macam hakikat sebagai asal sumbernya, yaitu hakikat materi dan ruhani, benda dan ruh, jasad dan spirit. Materi bukan muncul dari benda, sama-sama hakikat, kedua macam hakikat tersebut masing-masing bebas dan berdiri sendiri, sama-sama azali dan abadi, hubungan keduanya menciptakan kehidupan di alam ini. Tokoh paham ini adalah Descater (1596-1650 SM) yang dianggap sebagai bapak Filosofi modern)

3. Pluralisme, paham ini beranggapan bahwa segenap macam bentuk merupakan kenyataan. Pluralisme tertolak dari keseluruhan dan mengakui bahwa segenap macam bentuk itu semuanya nyata, tokoh aliran ini pada masa Yunani kuno adalah Anaxagoras dan Empedcoles, yang menyatakan bahwa substansi yang ada itu terbentuk dan terdiri dari empat unsur, yaitu tanah, air, api dan udara
4. Nihilisme, berasal dari bahasa Yunani yang berati nothing atau tidak ada. Istilah Nihilisme dikenal oleh Ivan Turgeniev dalam novelnya Fadhers an Children yang ditulisnya pada tahun 1862 di Rusia. Doktrin tentang Nihilisme sebenarnya sudah ada sejak zaman Yunani kuno, yaitu pada pandangan Grogias (483-360 SM) yang memberikan tiga proporsi tentang realitas
Pertama, tidak ada sesuatupun yang eksis. Realitas itu sebenarnya tidak ada
Kedua, bila sesuatu itu ada, ia tidak dapat diketahui, ini disebabkan oleh penginderaan itu tidak dapat dipercaya, penginderaan itu sumber ilusi
Ketiga, sekalipun realitas itu dapat kita ketahui, ia tidak akan dapat kita beritahukan kepada orang lain
5. Agnotitisme, Paham ini mengingkari kesanggupan manusia untuk mengetahui hakikat benda, baik hakikat materi maupun hakikat ruhani, kata agnosticisme barasal dari bahasa Grick. Ignotos yang berarti Unknow artinya not, Gno artinya Know. Timbulnya aliran ini dikarenakan belum dapatnya orang mengenal dan mampu menerangkan secara kongkret akan adanya kenyataan yang berdiri sendiri dan dapat dikenal
Hakekat kenyataan atau realitas memang bisa didekati ontologi dengan dua macam sudut pandang:
1.    kuantitatif, yaitu dengan mempertanyakan apakah kenyataan itu tunggal atau jamak?
2.    Kualitatif, yaitu dengan mempertanyakan apakah kenyataan (realitas) tersebut memiliki kualitas tertentu, seperti misalnya daun yang memiliki warna kehijauan, bunga mawar yang berbau harum.
Secara sederhana ontologi bisa dirumuskan sebagai ilmu yang mempelajari realitas atau kenyataan konkret secara kritis.
Istilah istilah terpenting yang terkait dengan ontologi adalah:
·      yang-ada (being)
·      kenyataan/realitas (reality)
·      eksistensi (existence)
·      esensi (essence)
·      substansi (substance)
·      perubahan (change)
·      tunggal (one)
·      jamak (many)
Ontologi ini pantas dipelajari bagi orang yang ingin memahami secara menyeluruh tentang dunia ini dan berguna bagi studi ilmu-ilmu empiris (misalnya antropologi, sosiologi, ilmu kedokteran, ilmu budaya, fisika, ilmu teknik dan sebagainya).
Menurut saya, ontologi adalah ilmu yang membahas tentang keberadaan sesuatu yag bersifat konkret. Ontologi ini pantas dipelajari bagi orang yang ingin memahami secara menyeluruh tentang dunia ini dan berguna bagi studi ilmu-ilmu empiris (misalnya antropologi, sosiologi, ilmu kedokteran, ilmu budaya, fisika, ilmu teknik dan sebagainya).

B. DASAR ONTOLOGI ILMU
Berbeda dengan agama atau bentuk pengetahuan yang lainnya, maka ilmu membatasi diri hanya kepada kejadian yang bersifat empiris. Secara sederhana, objek kajian ilmu ada dalam jangkauan pengalaman manusia. Objek kajian ilmu mencakup seluruh aspek kehidupan yang dapat diuji oleh panca indera manusia. Dalam batas-batas tersebut, maka ilmu mempelajari objek-objek empiris, seperti batu-batuan, binatang, tumbuh-tumbuhan, hewan atau manusia itu sendiri. Berdasarkan hal itu, maka ilmu-ilmu dapat disebut sebagai suatu pengetahuan empiris, di mana objek-objek yang berbeda di luar jangkaun manusia tidak termasuk di dalam bidang penelaahan keilmuan tersebut.
Untuk mendapatkan pengetahuan ini, ilmu membuat beberapa asumsi mengenai objek-objek empiris. Sebuah pengetahuan baru dianggap benar selama kita bisa menerima asumsi yang dikemukakannya.
Secara lebih terperinci ilmu mempunyai tiga asumsi yang dasar, yaitu:
1.      menganggap objek-objek tertentu mempunyai keserupaan satu sama lain, umpamanya dalam hal bentuk, struktur, sifat dan sebagainya.
2.      menganggap bahwa suatu benda tidak mengalami perubahan dalam jangka waktu tertentu . Kegiatan keilmuan bertujuan mempelajari tingkah laku suatu objek dalam suatu keadaan tertentu.
3.      menganggap bahwa tiap gejala bukan merupakan suatu kejadian yang bersifat kebetulan.
Tiap gejala mempunyai suatu hubungan pola-pola tertentu yang bersifat tetap dengan urutan kejadian yang sama. Dalam pengertian ini, ilmu mempunyai sifat deterministik.





C. HUBUNGAN ANTARA ONTOLOGI DENGAN PENDIDIKAN

1.    Hubungan atau peran filsafat dengan pengembang kurikulum

Dalam pengertian yang singkat Filsafat pendidikan adalah sebagaimana didefinisikan oleh Muhammad Labib al-Naj ihi, yaitu : suatu aktivitas yang teratur yang menjadikan filsafat itu sebagai jalan mengatur, menyelaraskan dan memadukan proses pendidikan (dalam Azyumardi Azra,Esei-Esei Int elekt ual Muslim, 75)
Dari definisi diatas bisa ditarik kesimpuln bahwa Peranan Filsafat Pendidikan dengan Pengembangan kurikulum yaitu untuk memberikan inspirasi bagaimana mengorganisasikan proses pembelajaran yang ideal. Teori pendidikan bertujuan menghasilkan pemikiran tentang kebijakan dan prinsip-prinsip pendidikan yang didasari oleh filsafat pendidikan. Praktik pendidikan atau proses pendidikan menerapkan serangkaian kegiatan berupa implementasi kurikulum dan interaksi antara guru dengan peserta didik guna mencapai tujuan pendidikan dengan menggunakan rambu-rambu dari teori-teori pendidikan. Peranan filsafat pendidikan memberikan inspirasi, yakni menyatakan tujuan pendidikan negara bagi masyarakat, memberikan arah yang jelas dan tepat dengan mengajukan pertanyaan tentang kebijakan pendidikan dan praktik di lapangan dengan menggunakan rambu-rambu dari teori pendidik. Seorang guru perlu menguasai konsep-konsep yang akan dikaji serta pedagogi atau ilmu dan seni mengajar materi subyek terkait, agar tidak terjadi salah konsep atau miskonsepsi pada diri peserta didik.

2.    Perspektif Ontologi Penyelenggaraan Pendidikan 

Masalah-masalah pendidikan yang menjadi perhatian ontologi adalah bahwa dalam penyelenggaraan pendidikan diperlukan pendirian mengenai pandangan manusia, masyarakat dan dunia. Pertanyaan-pertanyaan ontologis ini berkisar pada, apa saja potensi yang dimiliki manusia?
Menurut Maulana (2008), berbicara tentang hakikat manusia, ada dua konsep dalam filsafat, filsafat barat dan Islam. Dalam filsafat barat, konsep manusia itu ada dua yaitu hayawan (Jasmani) dan natiq (rohani). Aristoteles mendefinisikan manusia itu sebagai Human Rationale artinya manusia yang punya pikir, Socrates mendefinisikan manusia itu sebagai Animal Rationale yakni manusia yang punya akal untuk berpikir. Sedangkan Rene Descartes mengemukakan bahwa adanya manusia sebagai entitas yang berpikir merupakan sebuah kebenaran yang pasti dan tak terbantahkan yang menjadi landasan pemikiran dan pengetahuan manusia (Deraf & Dua, 2001). 
Dalam konsep Islam, manusia terdiri atas tiga unsur yaitu hayawan (jasmani), natiq (rohani) dan akal, di mana ketiga unsur tersebut dapat diibaratkan segitiga sama kaki. Dalam hal ini, ada tiga komponen dalam diri manusia yang harus dikembangkan secara proporsional sesuai dengan perkembangan dan pertumbuhan dari diri manusia itu sendiri. Pertanyaan yang muncul kemudian, apa yang harus lebih dulu di isi atau dididik, jasmani,  rohani, ataukah akal. Sesuatu yang pasti bahwa inti harus diisi sesuai dengan kebutuhannya, dan pengisian ketiga inti secara bersamaan tidak sesuai dengan fitrah manusia (Maulana, 2008).
Belajar tentang manusia dalam dunia pendidikan sama halnya dengan belajar tentang hakikat manusia itu sendiri. Konsep Islam lebih tepat dan sesuai dengan filsafat manusia itu sendiri, karena ada tiga hal yang sangat esensial dalam konsep ini: Rohani adalah sesuatu yang akan kembali ke Tuhan dan akan diminta pertanggungjawabannya kelak nanti di akhirat. Sementara Jasmani sesuatu yang berwujud fisik, itu berada dalam tanah. Sedangkan Akal ada di kepala sebagai suatu kelebihan manusia dari makhluk lain sebagai ciptaan Tuhan.
Dalam filsafat barat, hanya ada dua hal yang esensial pada manusia yaitu jasmani dan rohani. Namun rohani dalam filsafat barat tidak dipelajari karena sulit dipahami. Rohani hanya bisa dipelajari dalam agama, dan akal yang hebat mengakui adanya rohani. Bahkan, Immanuel Kant sebagai salah seorang filosof besar dari barat pun meyakini keberadaan Tuhan dan Akal .
Menurut Maulana (2008), dalam filsafat logika merupakan senjata untuk berargumen, sehingga filsafat bisa diterima banyak orang. Dengan logika, filosof bisa berkomunikasi tanpa data, tetapi tetap punya ukuran atau acuan. Berpikir merupakan kunci berlogika, sedangkan akal merupakan alat untuk berpikir secara logis atau berpikir yang masuk akal. Begitu pula berpikir tentang hakikat manusia, di mana manusia adalah makhluk yang ada jasmani, rohani dan akal, yaitu makhluk yang punya pemikiran yang masuk akal. Jika manusia itu jasmani, rohani dan akal, maka inti dari diri manusia itu apa? Jika ketiga komponen itu inti, membuktikan bahwa manusia itu sudah dididik. Jika intinya satu maka manusia akan mudah dididik.
Manusia sebagai wujud dari komponen Jasmani, Rohani, dan Akal merupakan makhluk yang memiliki pemikiran yang masuk akal. Oleh karena itu, manusia memiliki tiga inti yang harus dipersiapkan untuk dididik. Dalam Islam tiga hal yang esensial merupakan modal utama dalam mempersiapkan manusia yang sempurna dunia akhirat. Hal yang sangat mendasar dalam mempersiapkan manusia yang sempurna menurut konsep islam adalah “Pendidikan”. Dengan pendidikan, manusia menjadi sadar akan fungsi dan tugas dirinya sebagai makhluk ciptaan Tuhan, sehingga faham tentang hakikat hidup.
Adanya pendidikan, mendorong manusia untuk menggunakan akal, berpikir secara logis, meyakini segala sesuatu yang berasal dari Tuhan. Dengan rohani manusia memiliki rasa peka, empati dan yakin terhadap kebenaran. Sehingga inti yang paling hakiki dari manusia sesungguhnya adalah rohani. Oleh karena itu, rohani merupakan inti yang paling tepat untuk didahulukan dalam mendapatkan pendidikan.  Ketika rohani mendapatkan porsi pendidikan yang baik dan lebih dahulu maka jasmani dan akal dapat mengikuti sesuai dengan porsinya. Kinerja rohani dalam tubuh sangat vital, segala ide dan perbuatan tergantung kepada kinerja rohani.
Namun demikian, apa hakekat budaya yang perlu diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya? Ataukah hanya ajaran dan nilai sebagaimana terwujud dalam realitas sejarah umat manusia yang perlu diwariskan kepada generasi berikutnya? Inilah aspek ontologis yang perlu mendapat penegasan dalam penyelenggaraan pendidikan

D.    TEORI KEBENARAN ONTOLOGI MENURUT PANDANGAN FILSAFAT

Ontologi seing diidentikkan dengan metafisika, yang juga disebut dengan proto-filsafat atau filsafat yang pertama atau filsafat ketuhanan yang bahasannya adalah hakikat sesuatu, keesaan, perseteruan sebab-akibat, realita, prima atau Tuhan dengan segala sifatnya, malaikat, relasi atau segala sesuatu yang ada di bumi dengan tenaga-tenaga yang dilangit, wahyu, akhirat, dosa, neraka, pahala dan surga.
Persoalan tentang ontologi ini menjadi pembahasan utama di bidang filsafat, baik filsafat kuno maupun filsafat modern. Ontologi adalah teori dari cabang filsafat yang membahas realitas. Realitas ialah kenyataan yang selanjutnya menjurus pada suatu kebenaran. Bedanya realitas dalam bidang ontologi ini melahirkan pertanyaan-pertanyaan : apakah sesungguhnya hakikat realitas materi saja, apakah realitas yang tampak ini suatu realita materi saja, adakah suatu dibalik realita itu, apakah realita ini terdiri dari satu untuk unsure (monisme), dua unsure (dualisme) atau serba banya (pluralisme).
Menurut Bamel, interpretasi tentang suatu realita itu dapat bervariasi. Mengenai bentuk meja misalnya, pasti setiap orang berbeda-beda pendapat. Tetapi jika ditanyakan bahannya, pastilah meja itu substansinya adalah kualitas materi. Inilah yang dimaksud bahwa meja itu satu realita yang konkret. Jadi, realitas yang dibahas pada ontology ini dipergunakan untuk membedakan apa yang tampak saja atau nyata. Sebagai contoh, sebuah tongkat yang lurus, menurut perasaan kitamasih lurus jika diceburkan ke air, tetapi menurut penglihatan tongkat inibengkok dan setelah diangkat ternyata tongkatnya itu lurus.
Plato mengatakan, jika berada di dalam gua, dunia yang kita lihat dan kita hayati dengan kelima panca indera kita tampaknya cukup nyata. Bintang, tumbuhan, batu air, bulan, bintang dan semua yang ada adalah semata-mata dunia bayangan atau dunia tiruan dari dunia nyata, yang sejati adalah dunia ide murni, yang dibalik dunia sekarang, yang kita hayati, dengar, lihat, raba dan rasakan.
Di dalam pendidikan, pandangan ontologi secara praktis akan menjadi masalah utama. Sebab, anak bergaul dengan lingkungannya dan mempunyai dorongan yang kuat untuk mengerti sesuatu. Anak-anak, baik dimasyarakat maupun di sekolah, selaalu dihadapkan pada realita, objek pengalaman, benda mati, benda hidup, dan sbagainya. Membimbing anak untuk memahami realita dunia dan membina kesadaran tentang kebenaran yang berpangkal atas realita itu merupakan tahap pertama sebagai stimulus untuk menyelami kebenaran itu. Dengan sendirinya, potensi berpikir kritis anak-anak untuk mengerti kebenaran itu teah dibina. Di sini, kewajiban pendidik ialah membina daya piker yang tinggi dan kritis.

E.  MANFAAT MEMPELAJARI ONTOLOGI
Ontologi yang merupakan salah satu kajian filsafat ilmu mempunyai beberapa manfaat, di antaranya sebagai berikut:
  1. Membantu untuk mengembangkan dan mengkritisi berbagai bangunan sistem pemikiran yang ada.
  2. Membantu memecahkan masalah pola relasi antar berbagai eksisten dan eksistensi.
  3. Bisa mengeksplorasi secara mendalam dan jauh pada berbagai ranah keilmuan maupun masalah, baik itu sains hingga etika.
Dari penjelasan tersebut, penyusun dapat menyimpulkan bahwa ontologi merupakan salah satu diantara lapangan penyelidikan kefilsafatan yang paling kuno. Ontologi berasal dari bahasa Yunani yang berarti teori tentang keberadaan sebagai keberadaan. Pada dasarnya, ontologi membicarakan tentang hakikat dari sutu benda/sesuatu. Hakikat disini berarti kenyataan yang sebenarnya (bukan kenyataan yang sementara, menipu, dan berubah). Misalnya, pada model pemerintahan demokratis yang pada umumnya menjunjung tinggi pendapat rakyat, ditemui tindakan sewenang-wenang dan tidak menghargai pendapat rakyat. Keadaan yang seperti inilah yang dinamakan keadaan sementara dan bukan hakiki. Justru yang hakiki adalah model pemerintahan yang demokratis tersebut.
Dalam ontologi ditemukan pandangan-pandangan pokok pemikiran, yaitu monoisme, dualisme, pluralisme, nihilisme, dan agnostisisme. Monoisme adalah paham yang menganggap bahwa hakikat asalnya sesuatu itu hanyalah satu. Asal sesuatu itu bisa berupa materi (air, udara) maupun ruhani (spirit, ruh). Dualisme adalah aliran yang berpendapat bahwa asal benda terdiri dari dua hakikat (hakikat materi dan ruhani, hakikat benda dan ruh, hakikat jasad dan spirit). Pluralisme adalah paham yang mengatakan bahwa segala hal merupakan kenyataan. Nihilisme adalah paham yang tidak mengakui validitas alternatif yang positif. Dan agnostisisme adalah paham yang mengingkari terhadap kemampuan manusia dalam mengetahui hakikat benda.












KESIMPULAN
Secara istilah ontologi adalah ilmu yang membahas tentang hakikat yang ada yang merupakan realiti baik berbentuk jasmani atau kongkrit maupun rohani atau abstrak
 Ontologis; cabang ini menguak tentang objek apa yang di telaah ilmu? Bagaimana wujud yang hakiki dari objek tersebut ? bagaimana hubungan antara objek tadi dengan daya tangkap manusia (sepert berpikir, merasa dan mengindera) yang membuakan pengetahuan?.
Dalam ontologi ditemukan pandangan-pandangan pokok pemikiran, yaitu monoisme, dualisme, pluralisme, nihilisme, dan agnostisisme. Monoisme adalah paham yang menganggap bahwa hakikat asalnya sesuatu itu hanyalah satu. Asal sesuatu itu bisa berupa materi (air, udara) maupun ruhani (spirit, ruh). Dualisme adalah aliran yang berpendapat bahwa asal benda terdiri dari dua hakikat (hakikat materi dan ruhani, hakikat benda dan ruh, hakikat jasad dan spirit). Pluralisme adalah paham yang mengatakan bahwa segala hal merupakan kenyataan. Nihilisme adalah paham yang tidak mengakui validitas alternatif yang positif. Dan agnostisisme adalah paham yang mengingkari terhadap kemampuan manusia dalam mengetahui hakikat benda.
Ontologi merupakan analisis tentang objek materi dari ilmu pengetahuan.Berisi mengenai hal-hal yang bersifat empiris serta mempelajari mengenai apa yang ingin diketahui manusia dan objek apa yang diteliti ilmu. Dasar ontologi pendidikan adalah objek materi pendidikan ialah sisi yang mengatur seluruh kegiatan kependidikan.
 Jadi hubungan ontologi dengan pendidikan menempati posisi landasan yang terdasar dari fondasi ilmu dimana disitulah teletak undang-undang dasarnya dunia ilmu.
Manfaat memelajari ontologi adalah membantu untuk mengembangkan dan mengkritisi berbagai bangunan sistem pemikiran yang ada.









Tidak ada komentar:

Posting Komentar